PMII dan Minhajul Fikr Upaya Menjaga Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pandemi Covid-19



Info Rayon Sakera - Pergerakan Mahasiswa 
Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi ekstra kampus yang konsisten memperjuangkan, menegakan dan menjaga nilai-nilai Islam rahmatal lil alamin. Selain itu, PMII juga merupakan anak kandung ideologis dari Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi Islam terbesar di seluruh dunia. Secara ekplisit PMII diamanahi untuk menjaga marwah Islam Indonesia yang rahmatal lil alamin tersebut. 

Menurut penulis salah satu citra PMII ideologinya adalah ahlu sunnah wal jamaahI (ASWAJA) yang diharapkan  mampu menjadi  benteng dari untuk tetap menyatukan ukhuwah Islamiayah. Pergerakan  Mahasiswa  Islam  Indonesia  (PMII)  sebagai  salah  satu komponen  yang menjunjung nilai-nilai pluralisme dan  humanisme, seyogyanya  mempunyai  peran  dalam  upaya  memperbaiki  bangsa dari keterpurukan  dengan  sebuah  konsep yang dapat mendobrak  kebekuan  cara  berpikir  umat,  membuka paham yang berlebihan terhadap kelompok sendiri, dan dapat membebaskan bangsa dari penjajahan, kemiskinan. 

Pergerakan  Mahasiswa  Islam  Indonesia  (PMII)  sebagai  salah  satu komponen  yang menjunjung nilai-nilai pluralisme dan  humanisme, seyogyanya  mempunyai  peran  dalam  upaya  memperbaiki  bangsa dengan cara menyatukan ukhuwah. ASWAJA menjadi Minhajul Fikr diharapkan mampu menjadi penyatu ukhuwah Islamiyah disaat pandemi CORONA yang terjadi saat ini.

Ketika berbicara tentang aswaja (ahlu sunnah wal jama’ah), mencermati hal itu, terdapat 3 kata yang membentuk kata tersebut: Ahl, Al-Sunnah, dan Al-Jama’ah. Ahl berarti  keluarga, golongan  atau  pengikut. Sedangkan al sunnah  ialah semua yang datang dari Rasulullah (ucapan, perbuatan, dan pengakuannya). Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini selalu memelihara kekompakan, kebersamaan dan kerukunan terhadap sesama.

Meskipun terjadi perbedaan pandangan di  kalangan  mereka, perbedaan tersebut tidak melahirkan sikap  saling  membid’ahkan,  memfasikkan  dan  mengkafirkan  terhadap  sesama  mereka.

Dalam tradisi nahdatul ulama (NU), Ahlusunnah wal-Jama’ah berarti  golongan  umat  Islam  yang  dalam  bidang  tauhid  menganut pemikiran  Imam  Abu  Hasan  al-Asy’ari  dan  Abu Mansur al-Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam Madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.

Di dalam PMII Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dijadikan minhajul fikr artinya,  aswaja bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan di jadikan metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan kelompok apapun. Rumusan aswaja sebagaimana minhajul fikr pertama kali di introdusir oleh kiai Said Aqil Siraj  dalam sebuah forum di Jakarta pada tahun 1991.  

Konsep tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (keadilan) merupakan minhajul fikr Aswaja,  dan prinsip-prinsip tersebut semuanya terangkum di dalam al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern.

Dalam ASWAJA ditekankan yang namanya sikap tasamuh (toleransi). Social distancing menjadi hal yang sudah kita dengar beberapa minggu lalu dimana seluruh masyarakat Indonesia khususnya, kebebasan aktivitas dibatasi terutama dalam hal ibadah. Masjid yang di lockdown ataupun anjuran untuk salat tarawih pada bulan ramadhan tahun ini di rumah masing-masing menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat awam. Menurut penulis konsep toleransi sebagai salah satu minhajul fikr bukan dalam ranah menghargai perbedaan dengan beda agama saja. Tetapi sesama ukhuwah Islamiyah itu juga perlu. Mengapa? Dasar utama dari dari ASWAJA adalah al-Qur’an yang menyebutkan bahwasanya sesama muslim itu adalah saudara. 

Pro kontra Masjid yang di lockdown terutama di kalangan masyarakat awam, dimana takdir menjadi acuan mereka dalam kata lain ketika Corona mengeni seseorang maka itu sudah takdir untu meninggal atau sembuh. 

Menjaga ukhuwah itu sangat penting, apalagi perbedaan pendapat yang mengklaim kebenaran banyak bermunculan di tengah maraknya virus Corona ini.

PMII menjadi tonggak penyatu ukhuwah Islamiyah. Maka Salah satu cara pencegahannya yakni mengajarkan minhajul fikr yang empt di atas kepada kader- kader PMII. Tidak hanya toleransi sesama ukhuwah, menerapakan moderasi beragama (islam moderat) itu sangat penting bagi seorang mahasiswa agar tidak miring kanan dan miring kiri, tidak mengkafirkan orang sembarangan, tidak menganggap sunnah menjadi bid’ah dan bid’ah menjadi sunnah. 

Inilah Islam yang mementingkan nilai- nilai toleransi, moderasi sehingga terciptanya hidup yang rukun dan sejahtera bagi bangsa indonesia. Karena mahasiswa calon generasi penerus generasi emas, jika generasi emasnya sudah terdoktrin paham radikalis maka, kedamaian negara ini akan terganggu. 

_______
Penulis : Nafilah Sulfa
Publisher : Tim LSO
Penulis adalah mahasiswi Prodi Ilmu al-Qur’aan dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Madura, CP : 083853142895