Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

PMII dan Minhajul Fikr Upaya Menjaga Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pandemi Covid-19



Info Rayon Sakera - Pergerakan Mahasiswa 
Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi ekstra kampus yang konsisten memperjuangkan, menegakan dan menjaga nilai-nilai Islam rahmatal lil alamin. Selain itu, PMII juga merupakan anak kandung ideologis dari Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi Islam terbesar di seluruh dunia. Secara ekplisit PMII diamanahi untuk menjaga marwah Islam Indonesia yang rahmatal lil alamin tersebut. 

Menurut penulis salah satu citra PMII ideologinya adalah ahlu sunnah wal jamaahI (ASWAJA) yang diharapkan  mampu menjadi  benteng dari untuk tetap menyatukan ukhuwah Islamiayah. Pergerakan  Mahasiswa  Islam  Indonesia  (PMII)  sebagai  salah  satu komponen  yang menjunjung nilai-nilai pluralisme dan  humanisme, seyogyanya  mempunyai  peran  dalam  upaya  memperbaiki  bangsa dari keterpurukan  dengan  sebuah  konsep yang dapat mendobrak  kebekuan  cara  berpikir  umat,  membuka paham yang berlebihan terhadap kelompok sendiri, dan dapat membebaskan bangsa dari penjajahan, kemiskinan. 

Pergerakan  Mahasiswa  Islam  Indonesia  (PMII)  sebagai  salah  satu komponen  yang menjunjung nilai-nilai pluralisme dan  humanisme, seyogyanya  mempunyai  peran  dalam  upaya  memperbaiki  bangsa dengan cara menyatukan ukhuwah. ASWAJA menjadi Minhajul Fikr diharapkan mampu menjadi penyatu ukhuwah Islamiyah disaat pandemi CORONA yang terjadi saat ini.

Ketika berbicara tentang aswaja (ahlu sunnah wal jama’ah), mencermati hal itu, terdapat 3 kata yang membentuk kata tersebut: Ahl, Al-Sunnah, dan Al-Jama’ah. Ahl berarti  keluarga, golongan  atau  pengikut. Sedangkan al sunnah  ialah semua yang datang dari Rasulullah (ucapan, perbuatan, dan pengakuannya). Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini selalu memelihara kekompakan, kebersamaan dan kerukunan terhadap sesama.

Meskipun terjadi perbedaan pandangan di  kalangan  mereka, perbedaan tersebut tidak melahirkan sikap  saling  membid’ahkan,  memfasikkan  dan  mengkafirkan  terhadap  sesama  mereka.

Dalam tradisi nahdatul ulama (NU), Ahlusunnah wal-Jama’ah berarti  golongan  umat  Islam  yang  dalam  bidang  tauhid  menganut pemikiran  Imam  Abu  Hasan  al-Asy’ari  dan  Abu Mansur al-Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam Madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.

Di dalam PMII Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dijadikan minhajul fikr artinya,  aswaja bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan di jadikan metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan kelompok apapun. Rumusan aswaja sebagaimana minhajul fikr pertama kali di introdusir oleh kiai Said Aqil Siraj  dalam sebuah forum di Jakarta pada tahun 1991.  

Konsep tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (keadilan) merupakan minhajul fikr Aswaja,  dan prinsip-prinsip tersebut semuanya terangkum di dalam al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern.

Dalam ASWAJA ditekankan yang namanya sikap tasamuh (toleransi). Social distancing menjadi hal yang sudah kita dengar beberapa minggu lalu dimana seluruh masyarakat Indonesia khususnya, kebebasan aktivitas dibatasi terutama dalam hal ibadah. Masjid yang di lockdown ataupun anjuran untuk salat tarawih pada bulan ramadhan tahun ini di rumah masing-masing menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat awam. Menurut penulis konsep toleransi sebagai salah satu minhajul fikr bukan dalam ranah menghargai perbedaan dengan beda agama saja. Tetapi sesama ukhuwah Islamiyah itu juga perlu. Mengapa? Dasar utama dari dari ASWAJA adalah al-Qur’an yang menyebutkan bahwasanya sesama muslim itu adalah saudara. 

Pro kontra Masjid yang di lockdown terutama di kalangan masyarakat awam, dimana takdir menjadi acuan mereka dalam kata lain ketika Corona mengeni seseorang maka itu sudah takdir untu meninggal atau sembuh. 

Menjaga ukhuwah itu sangat penting, apalagi perbedaan pendapat yang mengklaim kebenaran banyak bermunculan di tengah maraknya virus Corona ini.

PMII menjadi tonggak penyatu ukhuwah Islamiyah. Maka Salah satu cara pencegahannya yakni mengajarkan minhajul fikr yang empt di atas kepada kader- kader PMII. Tidak hanya toleransi sesama ukhuwah, menerapakan moderasi beragama (islam moderat) itu sangat penting bagi seorang mahasiswa agar tidak miring kanan dan miring kiri, tidak mengkafirkan orang sembarangan, tidak menganggap sunnah menjadi bid’ah dan bid’ah menjadi sunnah. 

Inilah Islam yang mementingkan nilai- nilai toleransi, moderasi sehingga terciptanya hidup yang rukun dan sejahtera bagi bangsa indonesia. Karena mahasiswa calon generasi penerus generasi emas, jika generasi emasnya sudah terdoktrin paham radikalis maka, kedamaian negara ini akan terganggu. 

_______
Penulis : Nafilah Sulfa
Publisher : Tim LSO
Penulis adalah mahasiswi Prodi Ilmu al-Qur’aan dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Madura, CP : 083853142895
Continue reading PMII dan Minhajul Fikr Upaya Menjaga Ukhuwah Islamiyah di Tengah Pandemi Covid-19

PMII Ditengah Pandemi Covid-19

Info Rayon Sakera - Peran kader PMII ditengah Pandemi pagebluk Covid-19 yaitu bagaimana kader-kader PMII memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang bahaya Covid-19 dan juga meminimalisir penyebaran tentang berita hoax kepada masyarakat.

Peneliti sosial mengatakan : media adalah pusat informasi terbesar.
Jangan salahkan berita hoax terlalu banyak disosial media, kalau kader-kader PMII tidak melakukan apa-apa (bagaikan katak dalam terpurung) untuk membuat konten-konten Positif inspiratif menekan mundur hoax tadi. 

Jangan salahkan yang trending di youtube konten-konten yang unfaedah kalau kader-kader PMII tidak melakukan apa-apa untuk membuat konten yang berfaedah menekan mundur konten-konten yang unfaedah tadi.
 
Diharap kader-kader PMII untuk menjadi bunga revolusi yang hadir ditengah-tengah masyarakat untuk memberikan sumbangsih intelegensi dan energi positif, meminimalisir agar mereka tidak mudah terjebak dengan bahasanya media, sehingga harus di selektif terlebih dahulu.

Masyarakat, pelajar, dan mahasiswa banyak yang simpang siur dengan situasi yang seperti sehubungan sengan sila ke-5 (keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) kita mungkin punya interpretasi masing-masing terhadap sila ke-5 tersebut, akan tetapi ada 3 hal yang sangat sederhana dan masyarakat punya hak terhadapnya : 1. Pendidikan, Sudahkah masyarakat indonesia mendapatkan akses yang sama ke pendidikan? (Silahkan temen-temen jawab) 2. Kesehatan, Sudahkah dari Sabang sampai Merauke, Miangas sampai Puraurotis mendapatkan akses yang sama ke kesehatan? 3. Ekonomi (lapangan pekerjaan), Sudahkah rakyat indonesia menjadi tuan di rumahnya sendiri untuk mendapatkan lapangan pekerjaan?.

Maka mari mengambil bagian dengan pengimplementasian NDP sebagai (Landasan berfikir, Landasan bepijak, Sumber motivasi dan Kedudukan). 

Jangan mau jadi kader yang pengecut atau kader yang medioker (rata-rata), hidup cuma sekali maka hiduplah yang berarti, akan ada yang berubah dan akan ada yang bertahan, tapi satu yang pasti (harapan, keyakinan dan optimisme) harus terus diperjuangkan.
Manfaat dan konsekuensi negatif dari setiap intervensi dan menerapkan strategi untuk mendorong masyarakat dalam keterlibatan, serta kader PMII mendapatkan kepercayaan yang kemudian membatasi kerugian sosial atau ekonomi. ada banyak strategi yang dapat mendukung masyarakat ketahanan dan kesehatan mental. 

Keterpurukan ekonomi dari berbagai kalangan masyarakat (keluarga, komunitas, pelajar dan mahasiswa dll) akan berdampak sangat serius kalau kader PMII tidak berafiliasi memberi sayap kebermanfaatan dengan masyarakat untuk memerangi dan memutus mata rantai transmisi pandemi pagebluk COVID-19 dengan betul-betul menjalankan dan menerapkan anjuran-anjuran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Saat ini, banyak acara-acara penting yang tidak terselenggara wabil khusus PMII yaitu (PKD, harlah PMII dan kaderisasi PMII dll) dengan adanya surat edaran dari PB PMII yang mengintruksikan seluruh pimpinan mandataris PMII dari tingkat PKC hingga PR di seluruh indonesia agar menunda semua kegiatan bersifat paguyuban yang kemudian melibatkan peserta banyak kepala, seperti (pelantikan, pengkaderan dan pelatihan) dengan demikian seluruh pimpinan organisasi PMII wajib membantu kebijakan pemerintah untuk mensosialisasikan prosedur pencegahan dan transmisi COVID-19 di lingkungan masing-masing serta membudayakan NDP kepada masyarakat untuk mewujudkan perilaku hidup bersih.

Dalam kesempatan tersebut, kader PMII harus menjalankan aturan yang di berlakukan oleh pemerintah, baik secara mikro maupun makro yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kader PMII dalam menangani dan meminimalisir wabah COVID-19 yang kemudian tetap stay at home atau work form home dengan menjaga pola hidup sehat serta batasan berintraksi dengan orang lain, agar corona dapat melemah dan perkonomian Indonesia akan membaik, karena perekonomian ini ibarat sebuah lingkaran yang saling berkesinambungan antara penjual dan pembeli jikalau seandainya ini tidak berjalan maka bisa dipastikan perekonomian akan sangat terganggu.

Kita sudah mengetahui bersama situasi dan kondisi indonesia saat ini, wabil khusus kota-kota post strategis yang sudah mengalami radzone tentang transmisi pandemi pagebluk COVID-19 ini. Untuk itu. Semua kegiatan yang menimbulkan keramaian, berkumpul bersama, melakukan kaderisasi, diskusi dll.
Ditunda dulu sampai situasi dan kondisinya sudah memungkinkan.

Tapi itu bukan alasan kader PMII untuk menjadi seorang yang on progres, yang mestinya harus menemukan format kaderisasi dan literasi yang pas untuk diterapkan selama pandemi ini, sehingga sahabat-sahabat kita khususnya yang ada di rayon dan komisariat bisa tetap melakukan pengawalan teradap anggota dan kader PMII.
X
Dengan begitu, kitalah turun dan membaur untuk memberikan arahan, nasehat kepada masyarakat agar selalu menjaga diri dari segala bentuk jalannya transmisi COVID-19.

Tentunnya dengan menjaga kesehatan dan tetap sadar bahwa saling menjaga itu penting untuk memutuskan mata rantai pandemi pagebluk tersebut. kader PMII-lah yang seharusnya menjadi filterisasi penyebaran berita palsu (Hoax) tentang COVID-19 yang menyebabkan panik masyarakat, bukan malah menjadi sebaliknya, jadilah kader yang benar-benar bersikap kritis dalam memilah informasi. Kader PMII-lah yang seharusnya menjadi tubuh dan tangan, memberikan sumbangsih kepada masyarakat yang terpuruk ekonominya ditengah ganasnya wabah ini.

Kader PMII sudah terlahir menjadi penggerak, dalam artian kita tidak hanya menjadi penonton bising di bangku belakang yang mampu berceloteh dari kejauhan nyatanya vakum ketika di depan. Harusnya kita berdiri di garda paling depan, membangun benteng untuk memutus penyebaran wabah COVID-19. Ingatlah kita dibesarkan dengan fikir, dzikir dan amal shaleh bukan dirancang untuk berkuasa dan merusak kultur PMII yang sebenarnya.

Kita bukan kader diam, bukan pembawa moment kelam apalagi karam, harusnya kita menjadi meriam untuk setiap persoalan yang kejam, tidak peduli siang atau malam kita harus tetap jadi pergerakan yang amar ma'ruf nahi munkar.

COVID-19 akan menyerang siapa saja tapi bukan berarti kita harus takut (waspada harus, panik jangan) harusnya kita bangun niat dan tekad yang kuat untuk menjadi kader yang excellent. Bukan tentang kekuasaan tapi seharusnya amal shaleh. Karna amal shaleh lah yang membuat kita tetap berdiri sampai saat ini dan menjadi bunga revolusi ditengah masyarakat.

Harlah PMII yang ke-60, 17 april 2020, kita ubah tradisi ditengah ancaman wabah yang mendunia, marilah kita mengisi hari bersejarah ini dengan kegiatan yang bermanfaat, ulurkan tanganmu, sampaikan kebaikan, bantu mereka yang tengah terpuruk, kita teguh tak harus berpegang tangan, tapi kemampuan berfikir dan ilmu serta ketaqwaan yang bermanfaat yang kemudia membuat kita membuka cakrawala kehidupan bahwasanya yang Maha Kuasa tengah menguji kebaikan sekaligus menghukum perilaku manusia. 

Mari kita berbenah dimulai dari wadah kita sendiri yang kemudian menjadi cermin untuk menyebarkan sayap kebaikan. Masalah bangsa adalah tanggung jawab kita sebagai generasi emas dimasa sekarang atau beberapa tahun yang akan datang. Kekuatan kita dimulai dari sekarang bukan besok ataupun hari kemarin, ayo bergerak cegah transmisi pandemi pagebluk COVID-19.
Salam Pergerakan.

________
Penulis : Sahabat Nabil Anna
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah anggota rayon persiapan SAKERA, angkatan Paku Bumi. Komisariat IAIN MADURA cabang Pamekasan
Continue reading PMII Ditengah Pandemi Covid-19

Menjadi Kader Produktif dan Bijak Di Tengah Pandemi Covid-19

Info Rayon Sakera - Hari ini kita sedang dihadapi dengan kasus covid-19, dimana wabah ini telah menyeluruh diberbagai benua bahkan dikategorikan sebagai wabah pandemi. Covid-19 disebabkan oleh virus corona yaitu virus yang berasal dari kota China lebih tepatnya di Wuhan. Virus ini menyerang system pernapasan manusia, sehingga yang terinfeksi virus ini akan sesak nafas, batuk, flu dan demam. Awal virus ini ditularkan dari hewan ke manusia, tetapi sekarang bisa tertular dari manusia ke manusia. Banyak diantara mereka yang terinfeksi bahkan sampai meninggal dunia. 

Bahkan di Indonesia sudah melakukan social distancing, tempat umum menjadi sepi bahkan sekolah dan kantor ditutup. Meskipun Indonesia melakukan social distancing masih saja ada beberapa orang yang tidak patuh. Dilansir dari detikNews yaitu Ahmad Yurianto menyatakan kasus positif korona  di Indonesia mencapai angka 5.516 orang pada tanggal 16 April 2020.Kasus ini semakin menyebar di seluruh kota yang ada di Indonesi. Sehingga pemerintah melakukan tindakan untuk lockdown. Justru hal ini sangat merugikan kita terutama pedagang kecil yang kehidupanya bergantung pada hasil jualnya. Banyak tenaga kerja yang diphk dan pengangguran dimana-dimana. 

Hal ini membuat kita sebagai kader dan anggota PMII harus peka dengan masalah yang terjadi sekarang ini. Yaitu dengan cara mengikuti aturan pemerintah dengan karantina mandiri dirumah masing-masing, menjaga kesehatan dan selalu cuci tangan sehabis melakukan aktivitas. 

Meskipun dalam keadaan social distancing ridak memungkikan untuk kita  hanya berdiam diri dirumah saja. Dengan kondisi seperti kita bisa memanfaatkan untuk tetap produktif dalam segala hal. Dengan pebanyak membaca buku, diskusi online dan menulis itu membuat kita menjadi produktif tidak hanya rebahan saja didalam rumah. Selain itu kita sebagai kader dan anggota PMII bisa melakukan hal yang positif seperti contoh mengikuti lomba secara online, challenge, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini banyak rayon, komisariat bahkan cabang PMII di seluruh Indonesia melakukan diskusi online atau kajian online. Bahkan ada juga yang melaksanakan bakti sosial yaitu bagi-bagi masker dan handsanitizer. 

Dengan diadakan kegiatan kajian online yang kebanyakan membahas covid-19 membuat pikiran kita lebih terbuka dan kritis dengan masalah yang terjadi. Dan juga dengan bakti sosial bagi-bagi masker dan lain-lain mengajarkan kita cara berbagi dan menjaga sesama. Sebagai kader dan anggota PMII tidak menuntut kita diam di tengah-tengah pandemi. 

Tetapi kita harus memikirkan nasib bangsa ini yaitu dengan bekerja sama dengan pemerintah untuk menuntaskan pandemic ini. Jangan memaksakan untuk mengadakan kaderisasi atau kegiatan yang bersifat berkumpul Karen mau tidak mau kita harus mematuhi keputsan demi kebaikan bersama. Meskipun mengadakan kaderisasi secara online kegiatan tersebut tidak akan diakui atau legal. Maka yang harus dilakukan adalah produktif dirumah, membantu pemerintah dalam mempengaruhi masyarakat agar selalu menjaga kesehatan dan membuat kebijakan demi kemaslahatan bersama.

Bagaimana dengan nasib pedagang atau yang bekerja di toko-toko yang justru membuat mereka susah dalam melakukan pekerjaan, penghasilan yang kurang karena efek social distancing ini. Kita sebagai kader dan anggota PMII harus membuat kebijakan bekerja sama dengan pemerintah aar mereka tidak mati kelaparan untuk menafkahi keluarganya. Sedangkan penghasilannya bergantung pada dagangan yang mereka jual. 

Dilansir dari CNN Indonesia Direktur Jenderal pembinaan pelatihan dan poduktivitas kementerian ketenagakerjaan B Satrio Lelono mencatat jumlah pekerja yang di PHK dan pekerja dirumahkan sebanyak 212.394 pekerja dari sektor formal dan 537 orang disektor non formal. Hal ini sangat merugikan justru hal yang harus dilakukan kita sebagai warga PMII mencari solusi dengan bergotong royong membantu sesama agar wabah pandemic ini segera hilang dari bangsa ini, sehingga semuanya kembali normal.

Menjadi produktif di tengah pandemic kita sebagai warga PMII bisa mengajak semua kader dan anggota PMII untuk melakukan literasi dirumah secara jamaah dirumah masing-masing. Dengan hal itu rebahan kita dirumah tidak akan menjadi sia-sia, karena kegiatan ini sangatlah positif. Karena yang akan merasakan hasil dari literasi dirumah saja ini adalah kita sendiri. 

Semakin bertambahnya pengetahuan dan menjadikan kita sebagai manusia yang ulul albab yaitu haus akan ilmu pengetahuan. Sehingga pikiran kita akan terus mengalir tidak beku ketika nanti keadaan kembali normal seperti semula.

Jadi social distancing ini kita bisa lakukan hal yang kita mau yang berguna bagi kita dan bangsa. Lakukan gerakan ini secara berjamaah agar berguna bagi kita dan orang lain dan selalu jaga kesehatan, lakukan hal positif. Bekerja sama dengan pemerintah dengan melakukan bakti sosial yaitu berbagi sesama dan lakukan semua kegiatan secara online dan tetap dirumah, patuhi keputusan pemerintah. Dengan begitu kita sebagai warga PMII mempunyai peran dalam melawan pandemi ini dengan bijak.

Sumber Refrensi
-, “Bertambah380, Kasus Positif Corona Di Indonesia Jadi 5.516 Per 16 April 2020”. Diakses dari http://m.detik.com/news/berita/d-4979529/bertambah-380-kasus-positif-corona-di-indonesia-jadi-5516-per-16-april-2020. Pada tanggal 16 April 2020 pukul 19.30.

______
Penulis :Desita Tri WD
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah Pengurus Rayon Fakultas Tarbiyah, PK. PMII IAIN Madura

Continue reading Menjadi Kader Produktif dan Bijak Di Tengah Pandemi Covid-19

Internalisasikan NDP Terhadap Kader PMII Agar Tidak Tumbang Menghadapi COVID-19

Info Rayon Saker - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kemahasiswaan yang bersandar atas komitmen keislaman dan keindonesiaan. Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 21 syawal 1379 H, yang bertepatan tanggal 17 April 1960. PMII berpandangan dan membawa nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan dimana kerangka keagamaan berlandaskan keadilan, kebenaran, toleransi, moderat dan kemanusiaan. 

Selain itu jika ditarik benang merahnya dalam filosofi PMII yang hanya melibatkan pergerakan, mahasiswa, islam dan Indonesia. Makna dari pergerakan bagaimana dinamika dari hamba yang senantiasa bergerak menuju tujuan yang diharapakan dengan memberikan kontribusi positif terhadap alam yang ada disekitarya artinya kader PMII berada dalam kualitas kekhalifahannya.

Mahasiswa yakni orang yang menempuh disalah satu Perguruan Tinggi yang akan menjadi pelopor perubahan bagi Bangsa dan Negara. Selain itu, islam yang berada dalam pelukan PMII adalah islam yang berhaluan Ahlusunnah Wal Jama’ah dengan cara proporsional dengan acuan islam, iman dan ihsan. Sedangkan Indonesia merupakan Negara merah putih yang mempunyai falsafah ideologi pancasila dan UUD 1945. 

Maka dari itu PMII sangat berpengaruh besar terhadap segala aspek salah satunya bangsa Indonesia. Namun, saat ini Indonesia diterpa oleh virus yang dikenal dengan coronavirus. Corona adalah suatu kelompok virus yang bisa menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Jenis virus ini dapat menyebabkan timbulnya infeksi saluran pernapasan mulai dari batuk, pilek hingga masalah yang lebih serius, selain itu bisa jadi manusia berjatuhan karena virus yang mematikan ini. 

Kerap sekali manusia dikenali dengan fenomena alam yang tidak bisa dihindari yaitu COVID-19 yang mana virus ini penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan, tidak bisa dipungkiri virus ini  sudah terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember 2019 kemarin. Dengan fenomena tersebut Negara bahkan agama Islam sendiri sudah takut dan tidak berani melawan corona. Alasannya sangat sederhana mereka takut akan coronavirus  supaya tidak mati karena kesengajaan serta  dapat mencegah orang lain tertular karena ulah dirinya. 

Banyak kegiatan tertunda yang disebabkan virus ini, tetapi hal itu tidak menjadikan sebuah alasan karena kader pergerakan dapat menghadapi COVID-19 dengan berbagai cara, bahkan pemerintah sudah menginstruksikan untuk sosial distancing. Salah satu cara kader PMII menghadapi COVID-19 dengan meningkatkan literasi yang memanfaatkan sosial media. Hal itu dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus. Selain itu agar kader PMII tidak vakum bisa mengadakan sumbangsih terhadap masyarakat sekitar mulai dari bagi-bagi masker hingga memberikan sembako untuk kalangan menengah kebawah dan juga dapat mengadakan sebuah lomba meskipun melibatkan banyak orang, tetapi lomba ini dilakukan dirumah masing-masing. 
Terlebih, bulan ini PMII akan memperingati Harlah ke 60 tahun. Jadi, bulan April ini dilakukan dengan semangat baru oleh kader PMII dan bisa menciptakan berbagai lomba menulis artikel tentang PMII ditengah pendami COVID-19 atau lomba review buku dalam bentuk video, dll.  

Dengan cara tersebut sehingga dapat menghadapi COVID-19 meskipun tidak terjun lapangan tetapi diam dirumah saja itu sudah membantu pemerintah untuk pandemi COVID-19 tersebut.

COVID-19 saat ini sudah menyerang eksistensi kader PMII. Menghindar dari manusia yang satu dengan yang lainnya adalah cara manusiawi agar memutuskan mata rantai coronavirus tersebut. Kerap sekali manusia mengaku imannya sangat kuat terhadap sang ilahi, tetapi jika benar hal itu nyata adanya berarti sudah percaya bahwa kematian sudah di takdirkan. 

Sesuai dengan iman yang terdapat dalam rumusan NDP PMII selain tauhid, hablu minallah, hablu minannaas bahwa hablu minal alam lah yang wajib untuk diterapkan pada fenomena saat ini. Seorang kader PMII harus mampu merawat alam, karena segala sesuatu bahkan kebutuhan manusia itu bersandar atas semesta. 

Coronavirus ini sudah jelas diakibatkan oleh ketidak seimbangan alam, seperti halnya yang terdapat pada hewan yakni kelelawar, ular, babi yang seharusnya berada di dalam hutan bukan malah di konsumsi oleh manusia sendiri dan perbuatan tersebut seakan-akan manusia ingin menguasai habitat hewan.

Semua tindakan yang dilakukan oleh manusia berpengaruh besar terhadap alam semesta bahkan jika dititik tekankan kepada kader PMII diakui atau tidak, mau atau tidak harus bisa menyeimbangkan keindahan alam, hablu minal alam memang harus benar-benar diterapkan karena pada hakikatnya perbuatan manusia akan merugikan dirinya sendiri. Alam ini untuk dirawat agar dapat berjalan dengan kelangsungan alamnya. 

Maka dari itu sebagai kader PMII harus mampu dan menginternalisasikan nilai-nilai pergerakan yang terdapat dalam teori dan ajaran yang ada didalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) supaya imanpun tidak akan pernah tumbang jika sudah menerapkan hablu minal alam pada pandemi COVID-19 saat ini.

______
Penulis : Luk Mini
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah Pengurus Rayon Persiapan Sakera, PK. PMII IAIN Madura
Continue reading Internalisasikan NDP Terhadap Kader PMII Agar Tidak Tumbang Menghadapi COVID-19

Pengaruh Covid-19 Terhadap PMII

Info Rayon Sakera - PMII merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang berideologi 
Ahlusssunnah wal Jama’ah, atau yang disebut dengan Pergerakan Mahasiswa 
Islam Indonesia, PMII di tengah-tengah fenomena yang telah terjadi di Indonesia 
pada hari ini, baik dari fenomena alam maupun fenomena-fenomena lain yang 
telah terjadi sebelum-nya bahkan ada satu fenomena yang telah terjadi di tengah￾tengah pergerakan mahasiswa islam Indonesia yaitu covid 19 atau yang disebut 
dengan corona virus.

Organisasi PMII sebagai pergerakan mahasiswa yang memiliki asas 
pancasila yang selaras dengan ideologi bangsa indonesia, organisasi ini 
merupakan sebagian dari bangsa indonesia dan mengakui ada-nya ideologi dan 
falsafah yang telah hidup bangsa yang terumuskan dalam pancasila. Sebagai 
roganisasi yang menganut nilai keislaman, yang senantiasa menjadikan islam 
sebagai panduan dan sekaligus menyebarkan ke dalam bribadi masyarakat 
bangsa dan negara.

Virus corona telah menyerang ribuan orang bahkan di berbagai negara dan 
menelan ratusan korban manusia, mengnai tentang penyebaran covid 19 terus 
mengancam warga dunia khusus-nya di jawa timur, bersamaan dengan 
penyebaran virus corona banyak sekali isus-isu mengenai muncul-nya virus 
corona yang mematikan banyak yang mengatakan bahwasa-nya virus corona 
merupakan senjata biologis dari laboratorium china yang bocor. 

Di tengah pergerakan mahasiswa islam indonesia terpaksa harus menjalani 
kegiatan meskipun kondisi saat ini sangat tidak kondusif demi berjalannya 
aktivitas yang ada di dalam pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII) selain 
melalui kegiatan pelatihan organisasi PMII juga mempunyai peran dalam proses 
kaderisasi atau biasa disebut dengan minat dan bakat yang harus di ikuti oleh 
anggota pergerakan mahasiswa islam indonesia.

Berdasarkan fenomena yang telah di sampaikan di atas penulis tertarik 
untuk mengamati masalah ini lebih jauh karena penulis merasakan sendiri 
penglaman-nya penulis merasa perlu untuk melihat bagai mana pergerakan mahasiswa islam indonesia yang ada di tengah-tengah wabah virus corona saat 
ini.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi 
berbagai piihak.
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi 
penelitian yang akan datang.
2) Sebagai bahan refrensi yang diharapkan dapat menambah wawsan bagi 
pembaca tentang pengaruh efek virus corona di dalam organisasi 
pergerakan mahasiswa islam indonesia.

Proses penyusunan artikel nonpenelitian ini menggunakan metode teori dan 
narasi tentang pengaru efek virus corona di dalam pergerakan mahasiswa islam 
indonesia, serta dalam penulisan akhir. Metode pengaruh efek virus corona di 
dalam pergerakan mahasiswa islam indonesia, yang dimaksud menggunakan 
teori. 

Tahap yang pertama ialah tahap penyusunan. Pada tahap ini dilakukan 
usaha-usaha untuk mencari sumber-sumber yang relevan dengan tujuan 
penelitian. Selain itu juga dilakukan usaha untuk mencari sumber berupa jurnal, 
Untuk tahap terakhir adalah tahap historiografi atau penulisan tentang pengaruh 
efek virus corona di dalam pergerakan mahasiswa islam indonesia, yang meliputi 
metode, teori, Pada proses terakhir dilakukan rekonstruksi yang ada di dalam 
organisasi pergerakan mahasiswa islam indonesia dan menjadi sebuah tulisan 
tentang pengaruh efek virus corona di dalam pergerakan mahasiswa islam 
indonesia.

Faktor-Faktor yang dapat berpengaru terhadap anggota pergerakan 
mahasiswa islam indonesia tentang virus corona.

Virus corona sangat mempunyai efek yang sangat berpengaruh terhadap 
suatu aktivitas yang ada di indonesia terutama di dalam aktivitas yang ada di 
pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII), tapi ada lagi disamping itu masa 
anggota dalam pergarakan juga merupakan masa yang mudah dipengaruhi oleh 
ketidak nyamanan sehingga membuat anggota PMII gelisah untuk melakukan 
kegiatan, seperti peraturan dari pemerintah tentang covid 19 sehingga membuat 
anggota pergerakan mahasiswa tidak bisa melakukan aktivitas yang ada dalam 
pergerakan mahasiswa islam indonesia, covid 19 itu tidak hanya berpengaruh 
terhadap anggota pergerakan mahasiswa islam indonesia, juga berpengaruh 
terhadap bangsa dan negara.

Pelaksanaan kegiatan aktivitas pergerakan mahasiswa islam indonesia di 
tengah-tengah wabah virus corona.
Di tengah-tengah covid 19 ini Organisasi PMII melakukan kegiatan 
sebagai tanggung jawab mencetak kader yang berkualitas, meskipun kondisi 
sangat tidak membaik, adapun bentuk kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan 
seperti minat dan bakat, dan sebagai organikasi yang mengembang misi 
perubahan dan intelektual anggota, di situlah pentingnya pengembangan basis 
potensi kader sebagai bekal agar kader percaya diri dalam berkompotensi di 
lapangan.

Organisasi pergerakan mahasiswa islam indonesia, dalam melakukan 
kegiatan di tengah wabah virus corona, tetap berhati-hati meskipun kegiatan 
berjalan, akan tetapi mengenai tentang keselamatan harus di prioritaskan demi 
keselamata kita bersama.

Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak upaya yang di lakukan oleh 
organisasi pergerakan mahasiswa islam indonesia, misalnya dengan membuat 
program pelatihan yang dapat dan sukses, langkah pertama yang perlu dilakukan 
oleh organisasi pergerakan mahasiswa islam indonesia, menentukan tujuan yang harus jelas dan tegas, karena tujuan merupakan suatu pedoman sebagai penentu 
dalam mengadakan kegiata yang sukses.

SUMBER REFRENSI
1. Alief Muhammad, “Benarka Corona Virus Adalah Senjata Biologi Dan Konspirasi” 
2. Jurnal Tentang Virus Corona Vol. 2, No 03, 2011, Hlm 90.
3. Nofia Lestiana, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Semarang:Unnes, 2013.
4. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana 2010.

_______
penulis : Abd. Ghoffar
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah anggota Rayon Persiapan Sakera, Angkatan Paku Bumi. PK. PMII IAIN Madura

Continue reading Pengaruh Covid-19 Terhadap PMII

Pandemi Covid-19 Buat Resah Semua Lapisan Masyarakat Tanpa Terkecuali

Info Rayon Sakera - Sekarang, semua lapisan masyarakat tengah digencarkan dengan adanya wabah Virus Corono yang lazim disebut dengan  covid-19. Virus ini kini menghantui semua kalangan dan semua lapisan masyarakat yang ada di dunia ini, terutama negara kita sendiri.  Hari demi hari berganti, berharap ada pengurangan jumlah orang yang terjangkit virus ini, namun justru kian hari kian menjadi jadi dan banyak menelan korban hingga merenggut nyawa orang setiap hari.

Tentunya, dengan munculnya pandemi covid-19 ini menimbulkan kerugian tersendiri bagi banyak kalangan, seperti pedagang mungkin, ojol, gojek, para pekerja mungkin, bagi sekolah-sekolah juga yang sekarang menerapkan social distancing yang sebelumnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah-sekolah maupun di kampus, kini diberlakukan sistem online yang tentunya ada dampak positif negatif tersendiri. Positifnya mungkin bisa banyak waktu dengan keluarga, melakukan banyak perenungan-perenungan diri dan lainnya. 

Namun sisi negatifnya, tentunya terutama untuk anak sekolahan dengan diberlakukannya sistem online ini juga membuat mereka resah yang mana mereka harus on data seluler agar tidak ketinggalan kuliah / sekolah online, tak hanya itu mereka harus mempunyai kuota extra agar tetap bisa mengikuti kegiatan sistem online yang sedang berlangsung, iya mungkin jika dia punya uang saku pegangan sendiri dari hasil bekerja atau tabungan mungkin tidak jadi masalah untuk membeli paket data, pertanyaannya jika mereka yang masih bergantung pada orang tua tentunya pasti merasa kasihan sendiri dan malu karena jika kuota habis, mereka mau tidak mau meminta uang buat beli paket data, rasa malu mungkin ada, dan rasa kasihan terhadap orang tua juga pasti ada, dan tentunya banyak kalangan lainnya yang merasakan kerugian dan kesedihan yang amat mendalam, karena pandemi wabah ini. 

Masyarakat banyak yang berkeluh kesah, karena dengan merebahnya virus ini menimbulkan kerugian yang amat besar dalam kehidupan mereka utamanya kehilangan mata pencaharian sehari-hari, yang mereka masih bergantung pada pekerjaan mereka tersebut yang ada istilah “untuk makan saja masih cari besok”,  seperrti itu, karena mereka bukan digaji oleh pemerintah seperti itu, beda lagi dengan kalangan yang digaji oleh negara atau pun daerah. Mirisnya, ditengah munculnya wabah ini justru ada sebagian orang yang memanfaatkan keadaan yang mana dapat kita lihat, mereka banyak yang menjual masker dengan harga selangit yang tak seharusnya dijual dengan harga seperti itu, karena kini masker kian langka, ada juga yang membeli masker via online dan ternayata kena tipu, sungguh miris sekali kejadian seperti ini, mereka memanfaatkan situasi ini yang tentunya merugikan bagi para pembeli.

Tak hanya itu, melihat realita yang ada, jasad seorang yang terjangkit virus ini justru malah tidak diterima oleh sebagian masyarakat untuk dimakamkan di daerahnya, tentunya ini benar-benar sikap yang salah dan sikap ketakutan yang berlebihan menghadapi virus ini. Masyarakat tak seharusnya bersikap demikian, karena itu perbuatan yang salah. 

Jika keluarga atau kerabat mereka sendiri yang terjangkit virus ini, lalu mereka bisa apa? Tentunya harus mempunyai kesadaran dalam diri, yang mana jika ada seorang yang terjangkit virus ini, dan sampai meninggal dunia, makamkanlah sebgaimana memakamkan jasad seorang yang meninggal sebagaimana mestinya, sebagai bentuk penghormatan terakhir kita pada mereka untuk tempat tinggal mereka yang abadi. 

Kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai pandemi virus ini sudah banyak melakukan pencegahan, mulai menyuruh warga masyarakatnya dengan melakukan social distancing, jangan keluar rumah apabila tidak perlu, cuci tangan, pakai masker, bekerja/belajar sistem online dirumah, apabila ada keluhan segera periksa ke rumah sakit terdekat,, dan para tenaga medis yang kini sedang berjuang di garis terdepan untuk kesembuhan orang yang terjangkit virus ini. 

Tentunya kita juga sebagai warga masyarakat jangan mementingkan diri kita sendiri, apa yang dikatakan pemerintah dan para kades-kades dalam sebuah masyarakat mari ikuti jika itu memang baik untuk mencegah dan melawan virus ini. Para relawan kini juga kian banyak yang menyumbangkan APD bagi para tenaga medis, menyumbangkan sembako bagi mereka-mereka yang hilang mata pencahariannya, melakukan galang donasi bersama, ini juga tindakan yang baik, yang harus kita apresiasi terutama rekan medis yang berjuang di garda terdepan. 

Setidaknya kita hargai usaha mereka, mereka rela meninggalkan keluarga dan orang-orang tercinta mereka demi kesembuhan orang-orang yang terjangkit virus ini, sejatinya merekalah pahlawan yang sebenarnya saat ini. Tak hanya itu, tentunya kita juga harus banyak mengambil pelajaran dengan adanya wabah ini, karena Allah tidak mungkin memberikan cobaan diluar batas kemampuan atau kesanggupan manusia itu sendiri, dan mungkin ini teguran dari tuhan agar kita senantiasa lebih dekat dengannya, tidak sibuk dengan persoalan dunia yang tiada habisnya, memperbanyak ibadah padanya. Semoga wabah ini segera berlalu, semoga Allah senantiasa segera mengangkat wabah ini dari muka bumi  ini agar kita tenang meyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang penuh barokah, Aamiin.

______
Penulis : Rindi Antika Putri 
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Madura
Continue reading Pandemi Covid-19 Buat Resah Semua Lapisan Masyarakat Tanpa Terkecuali

Tunjukkan Peran Dalam Pandemi : Gerakan PMII “Membentuk Aliansi Ciptakan Solusi”

Info Rayon Sakera - Semenjak pengumuman wabah virus Corona masuk ke Indonesia yakni pada tanggal 14 Februari 2020 dimana dikabarkan bahwasanya ada 2 orang pasien yang positif Corona setelah melakukan kontak dengan warga negara asal Jepang yang diduga terjangkit virus tersebut. 

Banyak masyarakat merasa panik dan khawatir yang berlebihan. Banyak  upaya yang mereka lakukan mulai dari menimbun bahan pokok, membeli keperluan melebihi batas kebutuhan, menyemprot rumah setiap hari dengan desinfektan dan juga ada yang sampai memborong masker dan handsanitezer saking Takut nya tertular virus. Dan tak jarang bagi sebagian masyarakat menyikapi dengan  berupaya untuk tawakal dan memohon perlindungan Allah SWT
saat dunia prihatin dengan wabah Corona, ada saja segelintir Masyarakat yang memanfaatkan momentum tersebut ; untuk menyebar hoax, merugikan orang lain dengan menjual barang palsu,mendaur ulang masker dan menjual kembali dengan harga terlampau mahal.

Belum lagi terjadi banyak kontroversi antar ulama, pemerintah dan rakyat mengenai hal ini mulai dari dilarangnya mudik, lockdown , media yang memanfaatkan berita, sampai larangan sholat Jumat dan yang baru-baru ini malah di kabar kan bahwa sholat id dan terawih dihimbau untuk dilaksanakan dirumah saja.

Banyak upaya dan usaha dilakukan oleh pemerintah mulai dari himbauan , patroli di berbagai tempat yang mengundang banyak kerumunan,penyemprotan dimasing-masing daerah, hingga lockdown diberbagai daerah dan jalan untuk memutus rantai penyebaran dan pensterilan lokasi dari wabah namun tak kunjung meredakan wabah virus Corona ini ,tetap saja jumlah yang tertular/terinfeksi bertambah setiap harinya.

Dari sekian banyak upaya tak banyak yang membawa dampak  positif  banyak juga yang membawa dampak negatif  misalnya saja ketika kita melaksanakan social distancing tanpa adanya uluran-tangan dari pemerintah banyak rakyat sekarat  sebab tak ada tunjangan dan pekerjaan, rasa rindu dan nelangsa bagi mereka yang diperantauan,sembako naik saat dimana tak banyak pemasukan,dan mungkin masih banyak lagi plus dan positif lainnya.

Sebenarnya hal yang perlu kita pahami dan lakukan adalah rasa solidaritas tinggi antara individu dan antar bangsa. Sejak awal munculnya wabah ini, WHO selalu menyuarakan pentingnya solidaritas sebagai kompas bersama dunia untuk keluar dari pandemi. Hal ini penting dilakukan agar semua upaya tetap terfokus pada tujuan utama untuk menekan laju penyeberan virus, memastikan tiadanya stigma bagi penderita,dan mempertahankan tingkat kesehatan populasi semaksimal mungkin.

Disini lah peran kemanusiaan kita diuji , bentuk kepedulian kita dituntut dan landasan kita dipertaruhkan Yang mana disinilah momentum Yang tepat bilamana habl minallah,habl minannaas, dan habl minal alam dijalankan. Dimana maraknya ketidakmampuan masyarakat menyukupi kebutuhan hidupnya PMII muncul sebagai jalan terang bagi mereka ,bentuk kepedulian mereka curahkan dengan membentuk aliansi dari berbagai penjuru guna mengumpulkan pundi-pundi rupiah dan kehidupan bagi mereka,donasi mereka kumpulkan, gotong royong mereka jalankan,dan pengarahan kepada masyarakat sekitar guna dapat memutus rantai penyebaran.

Lalu bagaimana ? tindakan apalagi yang bisa kita lakukan sebagai kader pergerakan untuk tetap tenang hadapi pandemi covid19 ?

Pertama ; Mencari tau fakta tentang covid19
 sebagai seorang mahasiswa ,utamanya sebagai kader PMII harusnya kita lebih bijak dan kritis dalam menyaring dan menganalisis berita dengan mencari tahu tentang apa itu dan asal usul covid19 cukup menghilangkan rasa cemas dan kegelisahan terhadap virus ini.

Kedua ; fokus terhadap sesuatu yang dapat kita kendalikan 
Kita tidak dapat mengendalikan virus Corona yang terjadi di kota tempat kita tinggal/ rantau maka fokuslah terhadap sesuatu yang dapat kita kendali kan, seperti cara agar kita tidak tertular virus tsb, dengan melaksanakan anjuran pemerintah dan peduli/saling mengingatkan terhadap sesama.

Ketiga : menjaga hubungan dengan teman dan keluarga
saling mendukung dan menenangkan satu sama lain dapat kita lakukan dengan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman dan sebagai kader pergerakan hal tersebut bisa kita lakukan dengan tetap menjaga komunikasi dan mengikuti forum2 diskusi guna mempererat persaudaraan dan menemukan berbagai solusi.

Keempat ; selektif dalam mengonsumsi informasi
Jangan ngaku kader pergerakan jika masih mendukung informasi yang tidak akurat dan menyebarkan nya , kita sebagai kader pergerakan harusnya lebih bisa memilih media yang menurut kita dapat dipercaya dan sudah jelas keakuratan nya dari berbagai sisi dan frekuensi atau bahkan mungkin kita harus mengurangi sedikit membaca atau melihat media yang berisi informasi yang penuh kekhawatiran dan fokus terhadap kesehatan diri kita dan tetap peduli dan membantu sesama 

“Dalam musibah itu terdapat empat seni, yaitu mencari pahala dari Allah, berkawan dengan kesabaran, berzikir dengan baik, dan menunggu kelembutan dari Allah SWT.”

________
Penulis : Nurhayati
Publisher : Tim LSO 

*) Penulis delegasi dari rayon FKIP ( Universitas negeri Jember)
Continue reading Tunjukkan Peran Dalam Pandemi : Gerakan PMII “Membentuk Aliansi Ciptakan Solusi”

Kita, Indonesia dan Covid-19

Info Rayon Sakera - Dalam catatan sepanjang sejarah, tahun ini Indonesia mengalami sakit yang berkepanjangan. Perekonomian dan jalur transportasi terpaksa berhenti sejenak. Ditambah kabar warganya yang semakin hari semakin memprihatinkan. Sejauh ini pula, seolah dunia sedang menemui masa terburuknya. Setelah sekian tahun terlewati dengan suka duka yang entah bagaimana cara untuk menggambarkan, Indonesia disapa dengan kejutan pahit, sedangkan waktu banyak terlewati dan masa terus berganti. Menghadapi hal ini, ketidaksiapan manusia menemui masa sulit seringkali membuat mereka ketakutan, bahkan mengalami phobia yang cukup parah. Sehingga membuat kondisi tubuh menurun dan tidak stabil.

Virus corona, Banyak yang menyebutnya demikian. Penyakit ini muncul kali pertama di Wuhan, Tiongkok. Penyebarannya begitu pesat, bahkan perhari bisa membunuh banyak korban jiwa. Dugaan pertama penyakit ini menyebar karena kebiasaan masyarakat setempat mengonsumsi lauk yang terdiri dari binatang menjijikkan, seperti kelelawar, tikus, trenggiling, kalajengking, lipan dan beberapa hewan lainnya. Jauh dari prasangka, corona bisa menjadi sebuah penyakit tingkat dunia (pandemi) yang kemudian perlahan menyelimuti rona cerah Indonesia. Negara yang tumbuh subur dengan keindahan yang tak terbantahkan kini harus merasakan cemas berkepanjangan. Semua akses transport maupun perdagangan ditutup. Entah bagaimana rona Indonesia jika misal kita bisa menatap langsung wajah negara kita dengan segala keburaman yang terjadi. 

Ketika itu seolah semuanya terasa pelik. Apalagi ditambah dengan suhu udara yang sering berubah-ubah. Saat hujan turun rasanya berbeda. Seolah syahdu yang biasa berada dalam rinai hujan kini berjalan beriringan dengan kabut pilu. Begitu pun saat cuaca cerah, menerawang di udara seolah ada yang tidak sama. Kesahajaan dalam hangatnya pagi dan tentramnya siang harus beriringan dengan risau yang tak berkesudahan. Beberapa orang merasakan kesedihan berlipat-lipat.  Disini, manusia seolah harus menentukan keputusan; antara hidup dalam kondisi terkekang, atau bebas tapi penyakitan. Itulah mengapa pemerintah memberlakukan social distancing dan menyuruh untuk tetap berada di rumah. Semua orang mengkhawatirkan kondisinya, kondisi kerabat dan kondisi lingkungannya. Banyak harap dan doa melangit. Dengan sadar dan penuh pengharapan, semua bersama-sama menginginkan kedamaian dan keselamatan atas dirinya. Lebih-lebih untuk Indonesia. 

Sebagai warga negara yang hidup di negara Bhinneka, kita memiliki kewajiban merangkul serta menolong saudara-saudara kita. Jika kita belum mampu di bidang medis, kita cari peluang terbaik untuk membantu sebagai bentuk kepedulian dan rasa empati. Begitu sedih melihat kelumpuhan dimana-mana. Para pedagang harus kehilangan pembeli, tukang angkot harus kehilangan penumpang, dan beberapa orang yang merasakan kehilangan tentu merasakan sunyi secara bersamaan. Ini bukan lagi masalah perorangan, melainkan masalah negara yang membebani tiap jiwa warganya. Meski mereka diam dengan keadaan, sebetulnya merekalah yang paling membutuhkan bantuan.

Peran kita sebagai aktivis mungkin terdengar tidak penting. Kegiatan yang isinya lebih banyak berdiskusi dianggap hal sepele bagi sebagian orang, sehingga pandangan orang lain terhadap para aktivis kurang mendapatkan perhatian. Sebagai aktivis yang berada di bawah naungan PMII, memang tugas kita bukan pada kekuatan medis yang memakai pakaian hazmat dengan kain super tebal, tapi jiwa kita tergerakkan meski sekedar menyerukan #tetapdirumah dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. 

Menyebar pamflet di media sosial atau melakukan kajian online dengan melibatkan para senior pergerakan PMII sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Dengan begitu, menjadi seorang pahlawan tidak harus menyandang nama “hero” sebagai penghargaan atas kegiatan menolong sesama. Sebab, pekerjaan seorang pahlawan bukan sebatas nama saat kita diberi pengakuan oleh banyak orang, melainkan kinerja maksimal yang membutuhkan banyak tenaga dengan satu tujuan; membantu saudara kita. Semua bisa menjadi pahlawan dengan jiwa sadar dan tanggung jawab.

Memang, wabah kali ini merupakan tantangan serius bagi aktivis dan para pejuang lainnya. Tugas aktivis bukan hanya menyeru untuk mematuhi himbauan pemerintah, tetapi juga  memberikan pemahaman pada diri sendiri dan kerabat terdekat dalam bentuk pembelajaran ringan seperti membiasakan untuk cuci tangan dengan sabun sebelum makan, memakai masker jika terpaksa harus keluar rumah dan menggunakan sanitizer guna menyeterilkan tangan dari bakteri. Hal ini termasuk wujud kecil dari bentuk keberadaan aktivis yang juga tidak bisa melakukan kampanye di luar ruangan. Secara tidak langsung, kita sudah mengupayakan kebaikan dengan cara yang mudah dilakukan. Bukankah kebaikan selalu menemukan jalan agar tetap tercapai? cukup dengan tekad yang kuat dan niat karena Allah, semua akan berjalan dengan mudah.

Oleh karena itu, marilah kita turun tangan. Membantu mereka dalam bentuk doa dan tindakan. Tidak harus semuanya dilakukan tenaga medis. Kitalah yang lebih berkewajiban membantu atas dasar kemanusiaan dan persaudaraan. Mereka saudara kita dan kita saudara mereka.
Satu jiwa, satu saudara, satu Indonesia.

SALAM PERGERAKAN !! 
_________

Penulis : Nuril Izzah Afgarina
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah anggota Rayon Persiapan Sakera, PK. PMII IAIN Madura
Continue reading Kita, Indonesia dan Covid-19

Menjadi Kader Aktiv Meski di Tengah Badai Covid-19

Info Rayon Sakera - Mengawali tahun 2020 ini, masyarakat dunia termasuk Indonesia bersama-sama menghadapi perang melawan mahluk mikroorganisme bernama virus Corona. 

Sejatinya, istilah Pandemi sendiri baru ditetapkan oleh WHO atau Badan Kesehatan Dunia milik PBB ini, ketika melihat bahwa virus bernama Covid-19 sudah menginfeksi lebih dari ratusan negara dengan jumlah kasus jutaan jiwa di seluruh dunia. 

Menilik dari peristiwa ini, sebenarnya tidak ada keterkaitan antara masalah virus dengan dunia aktivis. Iya, betul virus Corona atau lebih dikenal dengan Covid-19 ini bukanlah objek yang harus dimintai klarifikasi untuk apa yang terjadi. Bukankah kewajiban dari seorang aktivis atau kader-kader militan PMII untuk menciptakan keadilan dan menemukan titik terang. Namun, mari bersama kita renungkan hal kecil apa yang mampu membantu dalam menyudahi perang melawan Covid-19. 

Sebagai seorang kader PMII, kita bisa melakukan beberapa hal berikut, seperti:
Ikuti anjuran #stayathome atau #workfromhome agar memutus mata rantai penyebaran. Tentu ini bukan berarti diisi dengan kegiatan rebahan, makan, tidur dan berbagai kegiatan tidak produktif lainnya ya. Kita malah diberi ruang untuk lebih menikmati kebersamaan dengan orang-orang terkasih di rumah selama masa pandemi berlangsung. Jadi hargai momennya ya! Sebelum kembali turun ke jalan.

Kader PMII tentu punya jiwa baca dan menulis yang tinggi dong! Ini waktu yang tepat agar Kader PMII menyelesaikan buku-buku yang belum sempat dibaca atau tulisan yang belum sempat terselesaikan untuk segera dirampungkan. Terlebih lagi, bulan ini PMII akan memperingati Harlah ke 60 tahun. Jadi, harus lebih keras lagi ya menciptakan budaya literasi yang kuat bagi setiap jiwa muda kader PMII. Sebagai cerminan bahwa kita bukan hanya mampu turun ke jalan tapi juga mampu secara intelektual.

Kader PMII harus ikut ambil peran dalam setiap upaya baik yang dilakukan baik dari tingkat Rayon, Komisariat, Cabang hingga PB untuk ikut menyuarakan perang melawan Covid-19. Ingat! Berfikir kritis dan solutif harus tetap diasah dan dipertahankan meski ditengah keterbatasan dalam bersuara. Apa yang dianggap baik dan bermanfaat harus kita bantu suarakan.

Terakhir, lakukan kegiatan-kegiatan positif dan coba hal-hal yang baru ya. Lakukan hobi lama ataupun hobi baru dan tekuni lebih dalam. Itu tadi beberapa tips agar tetap aktif meski di tengah keterbatasan lewat pemberlakuan social distancing.

Pada intinya, menjadi Kader PMII itu bukan hanya menjadi aktivis yang pintar berorasi, berani membangun relasi dan menghadapi mimbar diskusi. Lebih dari itu, kita punya peranan untuk ikut melindungi negeri ini dari berbagai masalah. Keep healthy and stay positive sahabat! Ingat dirumah aja dulu ya!

_______
Penulis :  Septiani Puspita Dewi Rahayu
Publisher : Tim LSO

*) Penulis adalah anggota Rayon Persiapan Sakera
Continue reading Menjadi Kader Aktiv Meski di Tengah Badai Covid-19

Kaum Pergerakan dan 'Alergi' yang Mematikan

Info Rayon Sakera - Dua kabupaten di pulau Madura yaitu Bangkalan  dan Pamekasan ternyata sudah masuk dalam daerah darurat wabah virus Covid-19. Menurut laporan matamaduranews.com (Selasa,14 April 2020), masyarakat yang terjangkit virus korona bertambah menjadi lima orang dari yang asalnya hanya tiga orang.  Diduga  dua jumlah korban tambahan tersebut adalah petugas haji di Surabaya. Orang Madura—yang mayoritas  awam—terrkadang banyak yang menganggap bahwa pandemi ini direspon secara tidak serius sehingga keseringan mereka mengabaikan bahkan mengentengkannya. Muncullah beberapa video–video lucu tentang respon masyarakat terhadap wabah ini yang membuat kita  tertawa geli  menyaksikannya. 

Ada beragam alasan yang dikemukakan oleh mereka; faktor perekonomian yang macet  gara-gara wabah ini, atau  bahkan kepercayaan-kepercayaan yang masih kolot tentang dunia medis sehingga mengaitkan hal-hal mistis dan lain sebagainya untuk menjustifikasi “kepentingan” mereka, atau bahkan alasan-alasan  sepele untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan ma’ruf (kebaikan) seperti bekerja ke sawah, hoaks untuk  kepentingan perekonomian dan lainnya. Walaupun mayoritas masyarakat Madura masih percaya dengan hal-hal mistis seperti dengan membaca doa tolak bala, istigasah, sholawatan,  bahkan hal-hal positif lainnya. 

Dengan kondisi ini, adagium yang  sering didengungkan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berupaya “dzikir, pikir, amal sholeh” mengalami dilema yang begitu kentara. Untuk meyakinkan masyarakat dalam situasi “genting” ditengah wabah ini, mengajak masyarakat Madura berpikir rasional sudah tidak mungkin dilakukan. Kondisi masyarakat pinggiran seperti yang terjadi di Madura  membingunkan untuk diberikan pemahaman oleh kaum pergerakan dengan status “mahasiswa” yang disandangnya. Maka, satu-satunya gerakan yang bisa dilakukan adalah dengan membuat konten-konten media yang berisi wejangan dakwah kreatif-inovatif agar mereka waspada dengan wabah ini. Itu bisa dilakukan dengan video, meme, atau bahkan tulisan-tulisan pencerahan  lainnya. 
PMII sebagai organisasi yang bergerak dan membela nasib kaum pinggiran dan tertindas, harus bisa memberikan edukasi  terhadap masyarakat agar tetap mematuhi segala bentuk  protokol yang sudah dianjurkan oleh pemerintah. Dalam situasi wabah ini, mahasiswa pergerakan berada dalam kondisi “mandul” dan “tidak  lagi  bertaring”. Bagaimana tidak, jika segala bentuk permasalahan kemanusiaan yang  biasanya dipecahkan dengan konsolidasi, silaturrahmi, dengan secangkir kopi hanya bisa dilakukan melalui komunikasi. Itupun dalam bentuk online. Terkecuali  bagi mereka yang mempunyai kreatifitas di rumahnya masing-masing dengan senantiasa   menebarkan kebaikan bagi dirinya dan tidak abai pada lingkungannya. Karena  mengajak masyarakat berpikir rasional sudah tidak mungkin, maka dzikir dan amal sholeh menjadi titiktumpu dalam gerakan PMII di tengah pandemi ini. 

Sekali lagi,  taruhan pergerakan di tengah pandemi terletak  pada ide-ide progresif; memanfaatkan  skill masing-masing untuk selalu waspada terhadap wabah. 
Jika  karakter gerakan kita selalu tajam ke  atas (elite pemerintahan) dan dengan segala kebijakannya yang  seringkali  “timpang”,  barangkali hal tersebut sudah tidak mungkin dilakukan, harus  dijeda sejenak dengan menghela  nafas menghadapi  wabah ini  dan berpikir ulang kondisi paradigma dan nasib  masyarakat terhadap  wabah  ini. Kaum pergerakan, terutama mereka yang ada  diperkotaan sudah  pulang dan baru singgah  di desa-desa masing-masing. Sebagai warga pergerakan,  tentu saja tidak boleh “alergi“ dengan situasi masyarakat desa yang berparadigma  picik terhadap  wabah ini. 

Mereka harus  tetap diperhatikan, diberikan pemahaman, dan tetap menganjurkan berusaha dan berdoa untuk menangkal wabah ini. Karenanya, jangan jadikan wabah ini sebagai musuh bebuyutan yang berharap bertemu langsung dengan pandemi tersebut. Akan tetapi, jadikanlah pandemi sebagai langkah dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dzikir dan amal sholeh ditengah-tengah masyarakat pinggiran. Kaum pergerakan harus menjadi sufisme modern, yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri di rumah, tetapi  juga bergerak menjadi “tangan kanan pemerintah” untuk kemanusiaan  (humanism).    
Maka, orientasi gerakan PMII harus tajam ke bawah ditengah wabah ini. Artinya, edukasi tentang pandemi yang sedang melanda ini hendaknya  bisa digerakkan semaksimal mungkin. Sebagai aktivis agamis-nasionalis, kita tentu  tidak boleh abai terhadap kebiasaan dan tradisi dalam melantunkan doa-doa yang sudah diwariskan oleh para muassis NU dan kiai pesantren. Sehingga sanad keilmuan dan sakralitas gerakan kiai menjadi dakwah yang bisa hidup dalam hati nurani masyarakat. 
Tidak  hanya itu, gerakan untuk beramal sholeh juga senantiasa menjadi  prioritas kaum pergerakan. Melakukan pemberdayaan dengan bagi-bagi  masker dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk menangani wabah ini menjadi jalan yang harus ditempuh serta  memberikan perhatian kepada masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi wabah ini. Dalam situasi darurat ini, kaum pergerakan harus mengambil keringanan di antara dua mudarat. Di satu sisi membantu pemerintah dan  pihak-pihak medis.  Di sisi lain, memberikan doktrin kepada masyarakat pinggiran untuk bijaksana menghadapi wabah ini. Gerakan ganda (double) ini  menjadi penyempurna “iman kaum pergerakan” ditengah pandemi yang sedang merajalela.

Oleh sebab itu, kaum pergerakan dalam situasi ini, tidak boleh “alergi”; tidak mau membantu pemerintah atau  bahkan  mengabaikan  masyarakat desa dengan segenap  paradigma  dan hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Inilah resiko kaum pergerakan, terutama bagi mereka yang telah lama berkutat dengan kehidupan masyarakat  kota. Menghadapi  paradigma masyarakat  desa akan kelimpungan  juga. Konklusinya, sebagai  aktifis yang berbasis keseimbangan  hubungan antara manusia dan alam, jiwa “alergi”  hendaknya dipikirkan kembali agar PMII bergerak secara progresif, tidak hanya sebatas pragmatis. Sekian.  Waallahu a’lam.    

________
Penulis : Abdul Warits
Publisher : Tim LSO

*Pengurus Komisariat  PMII Guluk-Guluk Sumenep Madura 
Masa juang 2019-2020 bidang  Informasi dan Komunikasi. 
Ketua Lembaga  Pers Mahasiswa (LPM) Fajar Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. J
Continue reading Kaum Pergerakan dan 'Alergi' yang Mematikan