Tampilkan postingan dengan label independensi PMII. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label independensi PMII. Tampilkan semua postingan
, ,

Sejarah Mencatat Sosok Abduh Paddare, Ketua Umum PB PMII yang Dilematis



Info Rayon Sakera - Ada hal yang tidak akan pernah terjadi sebelum waktunya. Setetes derunya angin, gemuruh guntur yang tidak bisa dihalangkan, bahkan tamparan ombak pada tepian pantaipun memiliki waktunya masing-masing untuk melakasanakan tugasnya. 27 Desember 1938 menjadi waktu yang ditentukan Tuhan sebagai hari lahir bagi sosok bayi yang kelak akan menjadi pemimpin sebuah organisasi besar di Tanah Air. 

Abduh Paddare, menjadi nama terpilih yang akan disematkan pada bayi kelahiran Kampong Rambang Makassar Sulawesi selatan itu.

Ia tumbuh bersama waktu, menjadi salah satu saksi ketidakberdayaan Negaranya atas penjajahan. Keadaan Indonesia yang masih sangat carut-marut saat ia kanak-kanak, tidak membuat Abduh Paddare bungkam di tempat. Ia memilih untuk berproses menjadi sosok yang kelak akan membawa perubahan pada Sang Merah Putih. 

Ia pun mantap dan menghayati dengan sebuah proses, hingga pada akhirnya menjadi ketua Pengurus Besar Pergerakan. Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) periode 1973-1977 menjadi takdir berikutnya bagi sahabat Abduh Paddare Ketua Umum PB. PMII periode 1973-1977, hasil Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat. Inilah satu-satunya Kongres PMII yang tidak berhasil memilih Ketua Umum hingga dua kali proses pemilihan. 

Pemilihan pengurus dilanjutkan di Wisma angkatan laut (di belakang Hotel Borobudur Jakarta) selama dua hari dua malam, belum juga berhasil. Akhirnya acara pemilihan pengurus itu dilanjutkan di Kantor PB NU. 

Sahabat Abduh terpilih sebagai ketua umum PB. PMII untuk periode 1973-1977 setelah bersaing dengan sahabat Amdir Thahir. Dialah Ketua Umum PB PMII yang paling delematis dalam perjalanan sejarah PMII, karena dia termasuk salah satu tokoh PMII yang tidak setuju dengan Independensi PMII sehingga dia tidak mau hadir pada acara MUBES II PMII di Murnajati Lawang Malang, yang melahirkan Deklarasi Independensi PMII, tapi di sisi lain Dia harus mengemban amanat Independensi PMII sebagai amanat Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat. 

Saya dengar, saat itu Zamroni menghadap Pak Idham Chalid sebagai ketua umum PB NU, dan Pak Idham merestui sikap Independensi PMII itu. Akan tetapi ketika saya datang ke Pak Idham, katanya beliau tidak setuju. Dari sikap pimpinan NU ini, akhirnya saya memutuskan tidak hadir di Musyawarah Besar PMII di Malang pada tahun 1972 itu.Ucap sahabat Abduh beralasan.

Seiring dengan berjalannya waktu bersama-sama dengan Zamroni ia juga sebagai penandatangan Deklarasi Berdirinya KNPI (1973), menggabungkan PMII menjadi anggota Kelompok Cipayung (1974). 

Beberapa organ penting dalam pemerintahan, partai dan organisasi telah ia lewati dalam masa karirnya, yaitu menjadi anggota MPR (1977-1982), DPR/MPR RI (1983-1987), Anggota MPR (1992-1997), Ketua Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Alimni (FOKSIKA) PMII (1988-1991), Wakil Sekjen DPP PPP (1994-1999) dan Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama RI. berbagai macam pendidikan ia tempuh, bahkan sejarah mencatat bahwa ia adalah Alumnus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan Sarjana Lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebuah tempat yang jauh dari tanah kelahirannya. (Luk Mini)
Continue reading Sejarah Mencatat Sosok Abduh Paddare, Ketua Umum PB PMII yang Dilematis