Info Rayon Sakera - Muhyiddin Arubusman lahir di Ende, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 24 April 1951. Di usia 66 tahun beliau meninggal di rumah sakit Tabet, Jakarta Selatan pada tanggal 10 April 2017. Tercatat, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) periode 1981-1985 dan sekretaris jenderal PBNU periode 1999-2004. Muhyiddin Arubusman merupakan sosok yang sabar, pendiam, tidak suka marah tetapi dinamis. Dinamis yang dimaksud adalah aktif terlibat dalam banyak komunitas-komunitas kajian, pemikiran dan langkah-langkah strategis. Muhyiddin selalu ada dalam diskusi yang berkaitan dengan stabilitas kebangsaan dan kenegaraan.
Ketua Umum PB PMII era 80-an, Muhyiddin Arubusman berwasiat untuk aktivis PMII. Pertama kader PMII harus merebut simpati mahasiwa dan masyarakat, sudah saatnya kader kita memberikan suri teladan (uswah), karena lebih susah memberikan uswah daripada mauidhah. Kedua, kader PMII harus merebut prestasi akademik di kampus. Kader PMII kuliah jangan jeblok 6-7 tahun baru selesai, sementara prestasinya anjlok. Khawatir, ujung-ujungnya yang disalahkan organisasi. Ketiga, merebut jabatan-jabatan strategis di kampus. Hidup tidak akan susah karena di jamin oleh pendiri-pendiri PMII dalam tanda kutip kita harus serius ber-PMII.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi yang lahir dari perut Nahdlatul Ulama telah melahirkan banyak tokoh dengan beragam profesi dan jabatan di Indonesia, tidak terkecuali politikus. Salah satu di antaranya adalah Muhyiddin Arubusman. Beliau adalah politisi yang pernah berproses di PMII, beliau tidak sepopuler politikus yang lain seperti Muhaimin Iskandar, Hj. Khofifah Indar Parawansa, dan H. Lukman Hakim Saifuddin, namun beliau layak menjadi teladan bagi para calon politisi.
Meskipun Muhyiddin Aburusman masuk dunia politik, beliau tetap memegang moral dan menjaga tradisi untuk tidak melakukan hal-hal negatif seperti minum-minuman keras dan lain-lain. Secara moralitas ke-NU-an beliau jaga, membuat pemuda Pancasila, pemuda golongan karya (Golkar), dan lain-lain sangat menghormati beliau. Pada saat Soedharmono menjadi ketua periode 1983-1988, Muhyiddin menjadi politikus partai Golkar. Beliau masuk dunia politik hanya untuk membesarkan kader-kader PMII di dunia Pendidikan, supaya menerima beasiswa dan berangkat ke berbagai negara. Salah satunya mengusahakan beasiswa untuk Masykuri Abdillah.
Sebelum meninggal dunia, Muhyiddin berkata bahwa kaderisasi NU harus di desain secara sistematik dalam rangka menyiapkan kader-kader terbaik untuk Indonesia. Harus di siapkan untuk menjadi calon-calon pemimpin yang mampu mengembangkan jam’iyyah NU dan berkiprah di sektor profesional. Menurut beliau, NU tidak bisa seperti selama ini yang hanya mengandalkan “kebetulan”. Kebetulan Gusdur jadi Presiden, kebetulan ada PMII di UI dan sebagainya. Kader PMII tidak boleh stagnan, baik gerakan maupun fikiran.
Penulis : Muslihah
Publisher: Luk Mini
* Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa referensi dan penulis
Referensi:
https://www.nu.or.id/post/read/88703/muhyidin-arubusman-dikenal-politikus-bermoral-tinggi
https://duta.co/tokoh-nu-dari-indonesia-timur-h-muhyidin-arubusman-meninggal
http://pmii.or.id/tag/muhyidin-arubusman/