Analisa Media

Info Rayon Sakera - Pengantar Analisa Media, kajian komunikasi/kajian media dapat ditelusuri: (Littlejohn, 2002:4). Pertama, sejak zaman Yunani yang berbasis pada retorika (logika dan bahasa) yang berlanjut dengan kajian sejarah dan kultural, dan yang terakhir dengan perspektif kritis (termasuk ideologis) aliran pemikiran Birmingham di Inggris dan Frankfurt di Jerman. Kedua, dari akar Amerika Serikat yang berbasis empirisisme dengan aliran pemikiran pragmatisme.


Secara sederhana, pendekatan dalam kajian media memperkenalkan dua dimensi, yaitu pragmatis sosial dan kultural. Littlejohn menggunkan istilah “scientific” dan “humanistic” dimana masing-masing merupakan sebutan populer dari dimensi pragmatis sosial dan kultural. Pada dasarnya perbedaan pendekatan kajian komunikasi disebabkan karena masing-masing pengkaji dari kajian akademik ini mendefinisikan subyek kajiannya secara berbeda. Pendekatan pragmatis sosial dan kultural melahirkan dua aliran dalam kajian Ilmu Komunikasi yang bertolak dari perbedaan dimensi yang menjadi perhatian dalam kajian.

Aliran pertama melihat fenomena komunikasi sebagai pemyampaian pesan (transmission of message) dalam konteks interaksi sosial, sedangkan aliran kedua menyebut komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna (product and excange of meaning) dalam konteks kultural.

Menurut Rogers, secara garis besar media dapat digolongkan secara fisik ke dalam 3 kelompok besar, yaitu : (Siregar, 2008: 23)
1. Media sosial,
2. Media massa
3. Media interaktif

Dengan cara lain, fenomena komunikasi dapat dilihat sebagai instrument dalam hubungan sosial yang diwujudkan dalam format verbal dan nonverbal atau format visual dan nonvisual. Masing-masing format ini membawa tuntutan teknis yang berkonteks pada sifat bawaan media yang digunakan.

Media sosial memiliki sifat bawaan yang bertumpu pada faktor fisik manusia, media massa dengan landasan faktor perangkat teknologi mekanis dan elektronis, dan media interaktif dengan tumpuan pada perangkat teknologi telekomunikasi dan komputer multimedia. Masing-masing media hadir dengan bawaannya dan bermula dari sinilah kaidah dalam komunikasi  disesuaikan  dengan faktor fisik manusia dan teknologi sebagai perpanjangan fisik manusia.

Dorongan untuk menyelenggarakan studi media perlu dimiliki dalam pengembangan disiplin Ilmu Komunikasi. Untuk itu, perlu ditumbuhkan kesadaran tentang titik pijak dalam melakukan kajian proses mediasi yang berada dalam berbagai konteks.

Pokok Pertimbangan untuk Analisa Media
Pada dasarnya, ranah keilmuan berupa konsep teoritis, baik teori pengetahuan sosial maupun aplikatif. Kajian Media pada dasarnya merupakan pengembangan konsep teoritis ini sehingga dapat mengenali karakter media (teori pengetahuan sosial) atau pun pola teknis dalam media (teori aplikatif).

Kajian konvensional atau –sekarang boleh disebut- tradisional bertumpu pada formula Lasswel, yang diperkenalkan pada tahun 1948, yang merumuskan obyek kajian Ilmu Komunikasi sebagai berikut: Who (Siapa) Says What  (Bicara tentang apa) In Which Channel (Menggunakan saluran apa) To Whom (Kepada siapa) With What Effect? (Laswell, 1971).

Selain itu, fenomena komunikasi sering dikutip dari buku teks klasik, yaitu model komunikasi yang bersifat liniar: Source – Message – Channel – Reciever.

Pada dasarnya kajian yang dimaksud untuk mengetahui tindakan dalam proses komunikasi bersifat linier dan dititikberatkan pada efektivitas pesan dengan melihat keempat komponen sebagai satuan-satuan kajian.

Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.
1. Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahanbahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahanbahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

Desain Analisis Isi
Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut ini.
1. Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi.
2. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi.
3. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya komunikasi.
4. Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi (contingency).
5. Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu perbedaan antarkomunikator. Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B. Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with what effect)?
Continue reading Analisa Media